'Arus Balik' Dukungan Meninggalkan Prabowo Mulai Terjadi Mendekati Masa Coblosan

- Selasa, 30 Januari 2024, 04:17 PM

Oleh : Agung Wibawanto

Beberapa hari lalu, Boy Thohir dengan lantang dan bangga menyampaikan 1/3 pengusaha penyumbang terbesar perekonomian Indonesia bakal mendukung paslon usungan Jokowi. Selang sehari, banyak perusahaan seperti PT Djarum dll menolak klaim tersebut. Memang santer diberitakan sebelumnya bahwa pengusaha nasional takut bersikap milih paslon selain Prabowo.

Ada beberapa perusahaan yang awalnya mendukung paslon AMIN dan GAMA kemudian menarik diri. Hal ini diduga bukan karena melihat visi misi paslon 02, melainkan lebih kepada tekanan yang mereka dapatkan. Atau ingin bersikap balas budi karena selama ini sudah mendapat proyek dari Jokowi. Namun fenomena itu berbalik di akhir masa kampanye.

Mereka, para pengusaha, sepertinya kini sudah tidak takut lagi bahkan terang-terangan menyatakan mendukung paslon lain. Mereka tidak tunduk dan patuh bahkan melawan balik arahan Jokowi. Sebuah sumber mengungkap bahwa pengusaha tidak ingin jika Prabowo berkuasa, mereka hanya menjadi sapi perahan kaum politikus atau orang-orang partai.

"Gak usah heran lah. Kita bisa lihat bagaimana lembaga kenterian seperti kemenhan dikuasai orang-orang Gerindra untuk nyari duit. Itu baru satu kementerian. Pengusaha tidak suka menjalin bisnis dengan politikus karena banyak 'permainannya'. Tahulah maksudnya. Mereka inginnya ada kepastian hukum untuk bisnis mereka, itu aja," terang sumber yang tidak ingin disebut namanya.

Salah satu konglomerat Indonesia yang berada pada posisi ketiga dari Sembilan Naga, Sofjan Wanandi, terang-terangan mendukung GAMA. Baginya, bangsa ini harus berubah untuk masa depan dan tidak perlu ada lagi diskusi-diskusi karena waktunya hampir tiba saat pencoblosan. Sofjan tidak segan mengajak masyarakat untuk memilih Ganjar-Mahfud sebagai presiden dan wakil presiden RI 2024-2029 nanti.

"Itu sebabnya penting saya sampaikan pada Anda, kalau saya nggak perlu diskusi-diskusi lagi. Capek saya. Kita pengusaha mau kepastian saja. What is the best for this country? Just do it! Nggak usah lagi. Sudah tidak ada waktu, sisa 16 hari mau debat apa? Kamu bisa ubah siapa? Kamu harus mengobah diri, mesti berubah untuk masa depan bangsa ini, untuk itu pilih nomor tiga,” katanya.

Hal ini disampaikan Sofjan Wanandi dalam acara “All Out Ganjar Mahfud” yang diadakan alumni SMA TOP GAN, gabungan SMA Kanisius, Pangudi Luhur, Tarakanita, Santa Ursula, St Theresia, Gonzaga, dan Loyola di Jakarta, Minggu, 28 Januari 2024.

Sofjan yang pernah ikut mengusung Jokowi di tahun 2014 dan menjadi tim nya JK, merasa kecewa terutama setelah Jokowi terlibat jauh dalam proses pencapresan. Ia memandang Jokowi yang seharusnya bisa menjadi wasit yang berlaku adil malah memihak, "Pemilu ini yang paling mengkhwatirkan saya karena wasitnya menjadi pemain juga. Bagaimana kita bicara teori semua, yang terjadi persis tiada akal,” ujar Sofjan.

Lebih lanjut Sofjan mengajak masyarakat untuk melihat rekam jejak tidak sekadar teori, "Jadi apalagi yang mau dibicarakan mengenai masa depan? Apa yang seseorang bikin di masa lalu, dari situ kita bisa menentukan. Kalau nomor tiga kita anggap lebih baik itu karena masa lalu mereka memang membuktikan apa yang telah mereka kerjakan untuk bangsa ini. Apa jejaknya, apa kekurangan dan kelebihan,” katanya.

"Anda lebih pintar dari kita untuk menentukan yang terbaik bagi Anda. Saya pikir itu saja. Make it very simple! Kalau Anda tanya pengalaman saya 50 tahun lebih, 10 kali pemilu saya sudah ikut. Bahkan, aktif membuat siapa yang jadi presiden. Kali ini saya merasa komitmen saya terhadap Top Gan (Ganjar-Mahfud),” pungkasnya.

Mungkinkah "arus balik" suara dukungan sudah terjadi? Banyak pengamat memprediksi bahwa apa yang dilakukan Jokowi serta perubahan gaya kampanye Prabowo dan Gibran, bak pisau bermata dua. Bisa menaikan suara tapi juga bisa sebaliknya justru mengurangi suara dukungan. "Orang mungkin senang dikasih uang dan sembako atau bansos. Tapi lama-lama menjadi muak dengan cara seperti itu," terang seorang pengamat dari Yogyakarta.

Arus balik ini bisa dilihat juga dari tingkat kehadiran massa pemilih di saat melakukan kampanye Akbar di daerah-daerah. Beberapa penayangan video yang dibuat oleh netizen, panggung kampanye Prabowo terlihat massa yang tidak memenuhi kapasitas tempat yang disediakan. Bahkan ada pula yang terlihat sepi. Tentu saja fenomena ini menjadi indikasi lemahnya dukungan Prabowo di akar rumput.

Indikasi lainnya, ada penolakan masyarakat yang akan dijadikan responden dari lembaga survey. Masyarakat menolak karena khawatir tidak mendapat bantuan sembako. Artinya, sesungguhnya mereka sudah punya pilihan tapi bukan ke paslon usungan Jokowi, sehingga mereka takut. Tanda-tanda ini menunjukkan dua hal: bahwa suara Prabowo memang lemah di akar rumput, atau karena 'arus balik' yang sudah mulai terjadi. (*)


Tags

Berita Terkait

X