SJBNEWS.CO.ID - Bagi banyak siswa, matematika adalah momok. Rumus yang rumit, soal cerita yang membingungkan, dan tekanan saat ujian membuat mata pelajaran ini tampak menakutkan. Namun, tahukah Anda bahwa ketakutan ini bisa jadi berasal dari satu hal yang selama ini jarang dibahas di ruang kelas—kemampuan metakognisi.
Metakognisi adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan mengelola proses berpikirnya sendiri. Sederhananya, ini adalah "berpikir tentang cara berpikir". Dalam pelajaran matematika, metakognisi menjadi kunci dalam menyusun strategi, memantau langkah penyelesaian, dan mengevaluasi hasil kerja.
Sayangnya, sebuah penelitian di salah satu SMA yang berada di Jambi menemukan bahwa banyak siswa belum memiliki kemampuan ini secara optimal. Penelitian tersebut menggambarkan bagaimana siswa dengan kemampuan metakognisi rendah kesulitan merencanakan langkah penyelesaian soal, bahkan tidak tahu harus mulai dari mana. Lebih parahnya, mereka cenderung bingung dan memilih menyalin jawaban teman dibanding bertanya atau mencoba memahami.
Lalu, apa yang bisa dilakukan?
Sebagai langkah awal, kita perlu mengubah cara pandang terhadap pembelajaran matematika. Alih-alih fokus hanya pada hasil, guru dan orang tua perlu memberi perhatian lebih pada proses berpikir siswa. Mengajarkan siswa untuk merencanakan, mengecek langkah kerja, dan mengevaluasi jawabannya sendiri, akan memberikan mereka kendali atas pemahamannya.
Di sinilah pentingnya membangun kebiasaan metakognitif sejak dini. Sama seperti otot, metakognisi bisa dilatih—dan hasilnya, bukan hanya nilai yang membaik, tapi juga kepercayaan diri siswa dalam menghadapi tantangan.
Bersambung ke bagian 2: Rahasia Siswa Berprestasi: Mereka Tak Hanya Cerdas, Tapi Juga Metakognitif!