Tujuh Buku Pelajaran Era 70-an Dinilai Berkontribusi Besar dalam Membangun SDM Berkualitas

- Ahad, 13 Juli 2025, 09:28 PM

JAMBI, SJBNEWS.CO.ID - Pendidikan di era 1970-an dinilai memiliki peran besar dalam membentuk fondasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat. Hal ini disampaikan oleh Jakasim Purba Girsang, seorang alumni SMP Tigarunggu, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Ia mengulas kembali tujuh buku pelajaran pokok yang digunakan di sekolah pada masa itu dan mencoba menurunkan kembali nilai-nilai manfaat dari isi buku-buku tersebut.

Tujuh buku pelajaran dimaksud yakni:

• Ilmu Hayat (Biologi)

• Ilmu Ukur (Matematika)

• Aljabar

• Ilmu Bumi (Geografi)

• Ilmu Alam atau IPA

• Pendidikan Moral Pancasila (PMP)

• Sejarah

Menurut Jakasim, ketujuh buku tersebut merupakan dasar penting dalam membentuk SDM.

"Ilmu ukur dan aljabar melatih kemampuan berhitung dan berpikir logis. Ilmu hayat dan ilmu bumi memberikan pemahaman tentang makhluk hidup dan kondisi geografis. Sementara IPA memperkaya pengetahuan ilmiah tentang alam sekitar,” ungkapnya.

Ia juga menekankan pentingnya Pendidikan Moral Pancasila dan Sejarah, yang dinilai mampu membentuk karakter serta menanamkan rasa nasionalisme.

"Dua pelajaran ini sangat penting karena mengajarkan nilai-nilai luhur bangsa, mengenalkan para pahlawan dan perjuangan mereka, serta menanamkan sikap menghargai institusi dan sejarah," lanjutnya.

Jakasim menyoroti fenomena kekinian yang menurutnya mulai melenceng dari nilai-nilai tersebut. Ia mencontohkan bagaimana dalam kasus tertentu, banyak pihak berspekulasi tanpa dasar kuat seperti pada polemik keaslian ijazah dari sebuah universitas terkemuka.

"Penentu keaslian ijazah adalah institusi pendidikan itu sendiri, dalam hal ini UGM. Bukan sembarang orang bisa mengklaim atau bersikap seolah-olah sebagai penyidik,” tegasnya.

Ia mengajak seluruh masyarakat, termasuk para pejabat, untuk kembali menghormati peran guru dan dosen sebagai pencetak generasi berkualitas.

“Semua kita rakyat, pejabat—berasal dari bimbingan guru dan dosen. Jangan setelah berhasil justru melupakan jasa mereka,” ujarnya.

Jakasim bahkan mencontohkan sikap rendah hati mantan Gubernur Jambi, Zulkifli Nurdin, yang pernah dengan tulus menyapa mantan gurunya dalam sebuah acara resmi sebagai bentuk penghormatan.

Di akhir pernyataannya, ia mengapresiasi kebijakan kurikulum yang pernah diterapkan Menteri Pendidikan Daud Yusuf, yang menurutnya sangat efektif dan mudah dipahami oleh siswa pada masa itu. “Kurikulum saat itu sangat tepat sasaran, mudah ditangkap siswa, dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan.”

Dengan meneladani semangat pendidikan era lalu, ia berharap bangsa ini mampu kembali membangun SDM yang tangguh dan berkarakter. (*)


Tags

Berita Terkait

Berita Populer

Berita Terbaru Lainnya

X