KERINCI, SJBNEWS.CO.ID - Ratusan warga dari Desa Pulau Pandan dan Karang Pandan, Kecamatan Bukit Kerman, Kabupaten Kerinci, masih terus melakukan aksi berjaga di pintu air PLTA di kawasan Jembatan Punai Merindu.
Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes atas belum diberikannya kompensasi oleh pihak PLTA, yang dinilai telah mengalihkan fungsi Sungai Punai Merindu menjadi saluran utama pembangkit tenaga listrik, sehingga menghilangkan mata pencaharian masyarakat sebagai nelayan.
Pantauan langsung tim SJBNews pada Rabu, 6 Agustus 2025, di lokasi terlihat tiga tenda (kem) didirikan tepat di sekitar pintu air PLTA. Di setiap kem tersebut, puluhan warga secara bergantian melakukan penjagaan ketat agar pihak PLTA tidak bisa mengoperasikan pintu air sebelum tuntutan kompensasi dipenuhi.
Salah satu warga yang enggan disebutkan namanya (NN) mengatakan bahwa masyarakat menuntut kompensasi sebesar Rp300 juta per kepala keluarga (KK) sebagai ganti rugi atas hilangnya sumber penghidupan mereka.
“Jangan harap pihak PLTA bisa membuka dan mengaktifkan pintu air sebelum membayar kompensasi sesuai tuntutan kami, Rp300 juta per KK,” tegas NN.
Ia menambahkan, sejak pintu air PLTA dibuka, Sungai Punai Merindu tak lagi bisa dimanfaatkan masyarakat untuk menangkap ikan, karena aliran sungai telah dialihkan seluruhnya ke saluran PLTA. Akibatnya, ekonomi mayoritas warga yang bergantung dari hasil tangkapan sungai menjadi lumpuh total.
“Dari zaman nenek moyang, 70 persen warga dua desa ini adalah nelayan. Sekarang sungai sudah mati total, tidak ada lagi penghasilan. Jadi, kalau pihak PLTA tidak mau membayar kompensasi, silakan bongkar dan pindahkan pintu air ini ke tempat lain!” ujarnya geram.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak PLTA terkait tuntutan warga tersebut. Namun, warga menegaskan mereka akan terus berjaga hingga ada kejelasan dan tanggapan nyata dari pihak perusahaan. (Dilas)
