KERINCI, SJBNEWS.CO.ID - Konflik antara warga dengan pihak Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kerinci semakin memanas. Aksi unjuk rasa yang digelar masyarakat berakhir ricuh setelah aparat kepolisian melakukan tindakan represif terhadap massa.
Dalam sebuah video yang beredar luas di media sosial, terlihat jelas seorang warga diseret paksa oleh oknum polisi hingga lemas tak berdaya. Adegan itu memicu gelombang kecaman, lantaran warga yang sejatinya hanya menuntut hak dan keadilan diperlakukan secara tidak manusiawi.
“Ini tanah kami, kami hanya minta keadilan. Jangan injak kami di kampung sendiri,” teriak seorang warga dalam aksi tersebut.
Situasi ini menambah keprihatinan publik. Jika persoalan terus dibiarkan tanpa penyelesaian, bukan tidak mungkin akan memakan korban jiwa. Masyarakat menilai pemerintah daerah (Pemkab Kerinci) terlalu lamban dan terkesan menutup mata, seolah hanya menjadi penonton dalam konflik yang sudah berkali-kali mencuat ke permukaan.
Ironisnya, di saat bangsa ini merayakan Hari Kemerdekaan ke-80, warga Kerinci justru masih merasa jauh dari kata merdeka. Hak-hak mereka diabaikan, masa depan mereka terancam, dan ketika mereka bersuara, yang datang justru tindakan represif aparat.
Masyarakat dengan tegas mendesak agar pihak PLTA bertanggung jawab penuh atas berbagai insiden yang terjadi. Namun lebih jauh dari itu, sorotan kini diarahkan kepada Pemkab Kerinci yang dituntut segera turun tangan. Warga meminta pemerintah tidak hanya berpihak pada kepentingan investor, tetapi juga hadir melindungi hak dan masa depan masyarakatnya sendiri.
“Yang kami perjuangkan bukan untuk hari ini saja, tapi untuk anak cucu kami nanti,” ujar salah seorang warga dengan nada kecewa. (Dilas)
